Sabtu, 20 Oktober 2007

Satu sebab

Sebab kau ambil isi kepalaku
saat itu

Di suatu siang
yang kurasa paling panas
dalam bulan Oktober tahun ini

Saat puasa mengalih perhatian
dari kepalaku

Kau datang mengambilnya
diam-diam
Mengganti isinya dengan replikamu

Sehingga bila siang telah pergi
dan aku sadar kembali

Mataku hanya mengenali
tempat yang pernah kau tuju
Sementara kakiku hanya mengingat
jalan menuju rumahmu

Sebab itu pula!

Sepanjang jalan menuju rumahmu
tak henti ku ditertawai awan
percikan ludahnya
serupa bulir hujan
terkadang serupa embun
yang sekian waktu, lama tertahan

Sebab kau ambil
isi kepalaku

Jariku tak sepenuhnya mencinta puisi
Terkadang jariku pun membenci

Sebab semua yang kau ingin dulu
telah terjadi padaku

Maka kumohon

Kembalikan isi kepalaku!

Makassar, Oktober 2007

3 komentar:

Fadli Bumi mengatakan...

berkacalah pada gagang pintumu kau akan temukan segudang kata di sana.
tapi sebelum itu buatlah jarimu mencintai pena.salam

artja mengatakan...

puisi ini menyentuh sekali. nggak tau ditujukan buat siapa. yang jelas, puisi ini bisa membuat orang yang membaca akan memiliki perasaan trenuh, dan terharu.

Anonim mengatakan...

wow...dalem banget puisinya...