Di hadapannya kini
Terhampar karnaval tahunan
Berhias peluru dan pentungan
Matahari melangkah, tangannya menyambar
Menyentil anak kecil yang sendirian
Diam di tikungan mancung trotoar
Ditendangnya debu penghalang
Menirukan seorang pahlawan pujaan
Kerap ditonton bersama ayah saban malam
Lantas keluhkan perjalanan yang bertambah panjang
Karena kepulan asap ban
Menghadang kendaraan tumpangan
Angkutan kota perumahan
Di belakangnya kini
terpampang festival tahunan
Beralas aspal merindu cucuran darah panggang
Makassar, 2006
Selasa, 17 April 2007
Perempuan Kamar
Butuh ribuan kitab menjelaskan
Mengapa yang datang selalu sama
Saat di pucuk seberang, mentari mulai merapat
dan limpahi dirinya kasih sayang biru kehitaman
Mata malam pula sembab dalam penjagaan
Perempuan kamar dalam lorong gelap berani bersumpah
Menyaksikan tak terhitung peran dalam banyak drama
keluar merangkak basah
Menabuh lonceng kehidupan atas maunya
Ada yang berdandan tanpa tahu untuk raut siapa
Tak kurang pertanyaan kapan semua berakhir
Walau lamat-lamat sebelum surut ditelan tanah
Tak sedikit perempuan yang benar-benar terlahir
Makassar, 2006
Mengapa yang datang selalu sama
Saat di pucuk seberang, mentari mulai merapat
dan limpahi dirinya kasih sayang biru kehitaman
Mata malam pula sembab dalam penjagaan
Perempuan kamar dalam lorong gelap berani bersumpah
Menyaksikan tak terhitung peran dalam banyak drama
keluar merangkak basah
Menabuh lonceng kehidupan atas maunya
Ada yang berdandan tanpa tahu untuk raut siapa
Tak kurang pertanyaan kapan semua berakhir
Walau lamat-lamat sebelum surut ditelan tanah
Tak sedikit perempuan yang benar-benar terlahir
Makassar, 2006
Senin, 09 April 2007
sajak ini telah lama aku tulis..namun butuh keberanian lebih untuk memperlihatkannya
Sejarah di Sudut Ruangan
Dalam diam,
setumpuk sejarah menjelma di sudut ruangan
Selimut Debu yang tertempel
rajutannya makin tebal
Hanya lembaran-lembaran resah termakan tua
selama ini sudi berkata
Setiap pekan, sejarah lain turut membentang
Lantas menyampaikan kutukan;
Mereka sebentar lagi menjadi kenangan-dalam kuburan
Bila lantai langit tertuang gelap
Semua sejarah berwujud karang
Membeku dan terabaikan
Dimulailah percakapan suatu malam
Sejarah bertubuh tebal paling bawah mengucap
Pernah sempat, kala negeri ini diperjuangkan
Saat manusia dimanja dikeloni sejarah
Seseorang yang entah perempuan atau lelaki
Menjadikan sejarah senjata dalam setiap pilihan
Sejarah di tengah tumpukan menimpali:
Namun kini hanya beberapa bulir manusia berakal
Sisanya menjadikan sejarah pajangan, hiburan
ataupun pembungkus barang dan penutup mayat
Hasil dari yang disebut kebebasan
Jiwaku yang diculik malam itu berujar
Semoga sejarah tidak menjadi abu pembakaran
Makassar, 2006
Sejarah di Sudut Ruangan
Dalam diam,
setumpuk sejarah menjelma di sudut ruangan
Selimut Debu yang tertempel
rajutannya makin tebal
Hanya lembaran-lembaran resah termakan tua
selama ini sudi berkata
Setiap pekan, sejarah lain turut membentang
Lantas menyampaikan kutukan;
Mereka sebentar lagi menjadi kenangan-dalam kuburan
Bila lantai langit tertuang gelap
Semua sejarah berwujud karang
Membeku dan terabaikan
Dimulailah percakapan suatu malam
Sejarah bertubuh tebal paling bawah mengucap
Pernah sempat, kala negeri ini diperjuangkan
Saat manusia dimanja dikeloni sejarah
Seseorang yang entah perempuan atau lelaki
Menjadikan sejarah senjata dalam setiap pilihan
Sejarah di tengah tumpukan menimpali:
Namun kini hanya beberapa bulir manusia berakal
Sisanya menjadikan sejarah pajangan, hiburan
ataupun pembungkus barang dan penutup mayat
Hasil dari yang disebut kebebasan
Jiwaku yang diculik malam itu berujar
Semoga sejarah tidak menjadi abu pembakaran
Makassar, 2006
Langganan:
Postingan (Atom)