Rabu, 03 Juli 2013

Cinta Selarut ini

Cinta selarut ini datang mengetuk pintu kamarku
Namun malam tidak memberi izin untuk kami bertemu
Lagipula kunci kamar telah diambil oleh pagi yang terhormat
Butuh tujuh jam untuknya sampai ke sini besok

Aku ingin bersama cinta sepanjang waktu
Waktu di mana tidak ada pagi maupun malam mengganggu
Di sebuah rumah yang satu dindingnya terbuat dari lambung senja
Sedang dinding lainnya setinggi monumen mandala
Agar kita bisa melihat seluruh isi kota berabad kumpulan tebing curam
Isi kota yang mengalirkan kemacetan dan melahirkan mesin-mesin

Aku ingin bersama cinta sepanjang matahari
Matahari yang kini terperangkap di pantai losari sore hari
Jambul kuningnya kini hanya menjadi hiasan gelombang
laut yang bersalawat kepada debu pembangunan kota

Ah, cinta! Nyanyikanlah untukku sebuah dendang
Dendang penentu nasib baikku besok
Bertemu dengan anak desa berwajah hijau
Tubuhnya ditumbuhi oksigen, kupu-kupu, belalang, dan kumbang

Juli, 2013

Rabu, 08 Mei 2013

Selamat Datang


Setelah 4 tahun lebih, tepatnya 4 tahun 8 bulan 1 hari. Seseorang, mungkin bukan seorang, tapi dua orang, berhasil membuat otakku menyetujui untuk menggerakkan tanganku menulis di sini. Rasanya seperti kembali ke lima tahun yang lalu. Perasaan yang indah, damai, penuh kehangatan, kasih sayang, dan cinta. Semoga bisa intens mencintai kembali, dengan inspirasi cinta yang baru. Mari saling berpelukan kata blogger dan blogwalking.

Selasa, 07 Oktober 2008

Salah satu kado terbaik yang kudapatkan tahun ini..


Tentang Hujan dan Ulang Tahun Seorang Perempuan

:Astri Yuningsih, selamat ulang tahun
BUKAN aku yang membawa hujan malam itu. Bukan pula hujan
bermaksud menjadi kado ulang tahun untukmu. Bahkan aku
lupa membawa kado dan mantel hujan untuk menepis gerimis
dari wajahmu. Barangkali, hujan ingin menggantikan 24
batang lilin yang mestinya dinyalakan seseorang ketika itu.
Ah, ketimbang meniup lilin, memang lebih pantas rasanya jika
kau merayakan ulang tahun dengan meniup hujan saja.

Sungguh, bukan aku yang membawa hujan malam itu. Bahkan
aku lupa membawa kado untukmu. Kita berteduh sejenak
sembari saling bercerita tentang betapa menakutkannya
pertambahan usia. Suatu saat kita akan tua, berbaring
kesepian di atas balai-balai dan menatap ke luar jendela
sambil menahan tulang-tulang yang merintih gemeretak tiap kali kita bergerak.

Aci, Aci, maafkan mulutku. Mestinya cerita macam itu tak patut
kau dengar dari seseorang yang lupa membawakanmu
sekotak kado ulang tahun. Sebentar kemudian hujan reda.
Sebentar kemudian kau mengeluh soal panas yang mulai
menjalari kepala. Rupanya hujan telah meninggalkan kado
yang manis. Dan bunyi bersinmu persis seperti perempuan
yang sedang meniup hujan.

Makassar, September 08

Jumat, 01 Februari 2008

Potret

Seperti sebelumnya
malam membantuku menutup pintu kamar, jendela serta mataku
Namun tak lama kemudian, terasa sesuatu keluar dari tubuhku
Bukan sesuatu, melainkan diriku sendiri-yang lain

Dia menghilang sejenak, lalu kembali membawa sebelah pisau
Tanpa aba, diirisnya kulit dadaku, beberapa potretmu segera menyembul keluar
Mungkin agar tak sobek, dengan hati-hati diambilnya potret-potret berlumur darahku itu

"Jangan kau ambil potret itu", kataku

"Kau tak paham rupanya,
si pemilik meminta potretnya kembali.
Namun jangan khawatir, telah kucuri
satu potret dari rumahnya untukmu", balasnya

Dia pergi
Namun sebelum itu, memberiku sebuah potretmu sedang memotret
seseorang-yang wajahnya tak mirip denganku

Makassar, Februari 2008

Senin, 21 Januari 2008

Katup Ingatan

Malam ini, mataku lupa cara mengatup kelopaknya
Sebagian ingatannya terbawa oleh kabar darimu yang tak pernah tiba

Apa matamu juga lupa cara mengatup kelopaknya?
Sebab hari itu, semua ingatannya telah dirampas
oleh kabar dariku yang selalu kau buang ke tempat sampah

Makassar, Januari 2008
Belakang Jendela

Sebelum diriku mengerti tentangku sepenuhnya
kau terus datang, berdiri di depan pagar rumah
Namun bukan sebagai dirimu, melainkan pengemis tua
yang terus berkata "aku lapar", bila kuintip dari jendela
Dan rumput serta ilalang di halaman tiba-tiba mati
Bunga terus bermekaran, satu bunga memiliki warna
berbeda dan cerah, meski berkali digertap hujan
Dan sejak itu pula, sekali sehari kau datang, kadang berkali

Hari terakhir kulihat pengemis tua datang, dia berkata
"aku lapar dan di seberang sana ada rumah yang mempunyai
banyak jendela"
Hari itu tak ada hujan, bunga cerah perlahan mengerut
Lalu kuingat lagi kau yang datang, berkata tanpa perduli
telahkah aku berada di belakang jendela
"tak akan pernah kau mengerti diriku, sedang seluruh rahasiamu
ada padaku, sebab setiap makanan darimu, memberi kau padaku"

Makassar, Januari 2008

Minggu, 20 Januari 2008

14-01-2008
:m. aan mansyur

Hari ini tanpa kau sadari, mungkin! Banyak yang mengucap salam padamu.
Bahkan beberapa di antara mereka memulainya sebelum hari ini.
Tanah meski basah, berusaha datang sendiri serupa
jejak kaki tamu atau jejakmu sendiri di teras rumahmu.
Dan daun-daun, meski semua ingin menjabat tanganmu.
Namun hanya beberapa dianggap cukup dewasa
hingga boleh pergi dari rumah pohonnya, itupun dengan susah payah.
Serta hujan yang terlalu sering kau pinjam namanya dalam berbagai kesempatan.
Hampir setiap hari bernyanyi untukmu di bulan ini.
Meskipun nyanyian mereka mengundang pusaran angin
untuk berbagi cerita dengan banyak orang.

Namun hari ini, tanpa kau sadari, mungkin! Ada tak sempat menjabat tanganmu.
Sebab gerak tangannya dipinjam oleh kecemasan yang setiap hari tak lupa datang padanya.

Makssar, Januari 2008