Kamis, 10 Mei 2007

Delapan Puluh Enam Malam

Dan kau pun terus berdekam
Bibirmu berdebar-debar demam
Demikian larut,
sesekali deburmu berdendang
Karena langkah yang kini datang
mendekap terbayang

Seterusnya hingga delapan puluh enam malam

Sedang debatmu dengan bayangan
Tentang siapa yang salah berdandan
Atau antara dada dan selangkangan
Bukan!
Bukan pula salah debu bergoyang
Yang membungkus jejaknya di hari petang

Dan kau pun tetap meracau
Lidah menjulur kacau
Demikian khidmat,
terhempas
lalu mengucur

Bersama udara yang terlantar kaku

Lantas percakapan bergumul lumut
Yang terkubur jutaan detik lalu
Dan pernah hinggap di dinding malammu
Tak inginkah kau gali?

Mencecapnya di bibir dan lidah mabukmu
Lantas mengejutkan mata kabung itu

Antara delapan puluh enam malam
Tawa yang membungkus tulisan
saat kau pulang
Jangan kau kurung dalam pangkuan

Pun engkau pasti mengubah haluan

Makassar, 18 April 2007

Tidak ada komentar: