Sajak Bermain
:kepada seorang buruh pasir
Bila kau tanyakan satu kisahku
Maka dengarlah ini
Sebelum sahut-menyahut ayam
Mengusir malam
dan mempersilahkan matahari
Bermain seharian di langit
Telah lebih dulu aku juga mereka
Menyusuri hutan
Menuju sebuah sungai di tengahnya
Namun bukan untuk bermain, Kawan
Yang mengalir padanya bukan hanya
Sumber kehidupan ikan atau akar hutan
Di sepanjang kelok perutnya
Menyimpan bertahun kehidupan
kami kemudian
"dua keranjang pasir
setiap hari"
Keranjang itupun kami buat
dari lengan hutan
Karena itu pula telah beberapa kali
Hutan dan sungai marah pada kami
Mereka memanggil hujan
lalu mengajak bermain
Agar dua keranjang pasir
lupa terbawa oleh kami
Telah kuceritakan padamu, Kawan
Satu kisah itu yang dimulai
Sejak harga barang di negeriku
Bermain-main dengan perut
dan otak keluarga kami
Namun bila engkau tanyakan padaku
Kapan aku bisa bermain di sungai itu
Kuyakini tiada dapat mengatakan padamu
Makassar, 0ktober 2007
Rabu, 24 Oktober 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
matimi ja, tiga orang penyair jalan pulang telah jadi penyair kritik sosial. bagaimana denganku kodong?
Posting Komentar